Rabu, 21 Januari 2015

Mungkin Ritual Penting Juga.

Lama juga tak bersua. Liburan panjang buat kita sedikit longgar untuk belajar apapun diluar materi-materi yang diajarkan dosen diperkuliahan. Yah untuk menutupi kesuwungan-kesuwungan, ada saja yang dipikirkan. Ini pikiranku pagi ini. 

Ini tentang keganjilanku akhir-akhir ini. Kenapa ya Orang-orang yang turut dalam dunia pikir religi, sekarang -lebih tepatnya lagi dalam perspektif saya-, kerap meninggalkan ritual dalam konstruksi keidealannya. Entahlah, mungkin aku belum sampai tahap itu. Mungkin ada benarnya juga, Orang-orang yang mulai menyadari dan kemudian meyakini keidealannya, merasa tak terlalu penting ritual-ritual itu, toh, memang Kebenaran (kepastian) tidak akan pergi kemana-mana, tidak membesar atau mengecil dengan atau tanpa ritual-ritual. 

Tapi, sampai sekarang saya sebenarnya belum menemukan alasan yg pas untuk meninggalkan ritus-ritus itu. Menurutku, sebenarnya ritual-ritual itulah yang benar-benar menyangga keidealan, atau dalam hal ini kebenaran, entah isme atau apapun itu. Ritual yang tak maksud disini bukan selalu ritual seperti upacara-upacara seremonial, walaupun yang pada intinya saya meyakini itu langkah awal, namun sebuah penyatuan diri terhadap sesuatu yang diyakininya, penyatuan perbuatan badaniah dan pemusatan mental. Ritual ini -dalam konfusianisme disebut "Li"- adalah menyatunya seluruh perbuatan terhadap apa yang diyakininya secara kontinyu.Ritual ini, kalo dalam contoh, dalam keyakinan hindu disebut "Samadhi"; atau ateisme ritual-ritualnya adalah penentangan terhadap keyakinan terhadap Tuhan; bahkan dalam wujudnya yang paling ekstrim, dalam Advaita Vedanta, Pemujaan terhadap Tuhan sebagai pengembangan kesadaran bahwa segala sesuatu, termasuk Tuhan, hanya illusi. 

Dalam hal ini, sebenarnya setiap orangdengan segala kelemahannya, dengan kebutuhannya terhadap keyakinan, kebutuhannya terhadap apa yang diyakininya dan mempertahankannya, Orang harus melaksanakan Ritus-ritus tersebut. Tak lain, bukan untuk Kebenaran yang diyakininya, Namun semata-mata untuk memenuhi hasrat dan kelemahannya untuk yakin pada sesuatu. 

NB: Supaya dahaga manusia akan keyakinan itu teratasi, menurut saya ritual yg ditawarkan Muhammad dgn agama monoteistiknya mengantarkan manusia pelan-pelan menuju minuman yg lebih berasa, keimanan. Heuheuheu #Muhammad-isasi.

tulisan tertanggal 21 Januari 2015
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

About

FIRMAN HARI INI