Air adalah asal muasal segala sesuatu.
Setidaknya begitu kata Thales, neng.
Tak begitu tepat mungkin, namun ada benarnya juga bagiku sekarang,
Bagaimana menurutmu?
Pikirku begini, hujan yang turun pada bumi kita ini, bermuasal dari air-air pula,
Laut tepatnya.
Ia menguap menuju atmosfer, terkondensasi,
Lalu terhembus oleh puisi-puisimu, hingga kemana-mana.
Menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Menjadi kebahagiaan bagi mereka yang dikehendaki,
Termasuk aku dalam hujan desember lalu, masih ingat?
Ya, bahagia, setidaknya begitu hujan dimaksudkan, menurut ayat suci.
Air-air itu, Neng, jatuh bak perangkap dari langit, menjatuhi sawah-sawah,
Juga jalan-jalan yang pernah kita lewati.
Berjatuhan kesudut-sudut bumi, mengalir mengarungi bumi, lewat selokan, sungai dan sebagainya.
mengalir pula sampai cangkir-cangkir menuju gelas, sebagai minuman favoritmu.
Ya, dari air itu, air yang membahagiakanku Desember lalu,
Ia menuju tubuh mu, tubuh manusia yang 70% terdiri dari air.
Menjadi kehidupan bagimu, bagi kita.
Sesederhana itu hidup kita ini.
Hingga, saat air itu mengalir dari matamu,
Aku tak tahu apa-apa.
Aku menyadari ada yang lebih sulit dari pada hidup,
Yaitu tafsirannya, termasuk air dari matamu itu.
Hingga, saat air itu mengalir dari matamu.
Aku tak mengenali lagi air yg keluar dari mataku sendiri.
Dari mana ia?
Hingga, saat air itu mengalir dari matamu.
Aku menambahi kata-kata Thales,
Ia pula akhir dari segala sesuatu.
Setidaknya begitu kata Thales, neng.
Tak begitu tepat mungkin, namun ada benarnya juga bagiku sekarang,
Bagaimana menurutmu?
Pikirku begini, hujan yang turun pada bumi kita ini, bermuasal dari air-air pula,
Laut tepatnya.
Ia menguap menuju atmosfer, terkondensasi,
Lalu terhembus oleh puisi-puisimu, hingga kemana-mana.
Menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Menjadi kebahagiaan bagi mereka yang dikehendaki,
Termasuk aku dalam hujan desember lalu, masih ingat?
Ya, bahagia, setidaknya begitu hujan dimaksudkan, menurut ayat suci.
Air-air itu, Neng, jatuh bak perangkap dari langit, menjatuhi sawah-sawah,
Juga jalan-jalan yang pernah kita lewati.
Berjatuhan kesudut-sudut bumi, mengalir mengarungi bumi, lewat selokan, sungai dan sebagainya.
mengalir pula sampai cangkir-cangkir menuju gelas, sebagai minuman favoritmu.
Ya, dari air itu, air yang membahagiakanku Desember lalu,
Ia menuju tubuh mu, tubuh manusia yang 70% terdiri dari air.
Menjadi kehidupan bagimu, bagi kita.
Sesederhana itu hidup kita ini.
Hingga, saat air itu mengalir dari matamu,
Aku tak tahu apa-apa.
Aku menyadari ada yang lebih sulit dari pada hidup,
Yaitu tafsirannya, termasuk air dari matamu itu.
Hingga, saat air itu mengalir dari matamu.
Aku tak mengenali lagi air yg keluar dari mataku sendiri.
Dari mana ia?
Hingga, saat air itu mengalir dari matamu.
Aku menambahi kata-kata Thales,
Ia pula akhir dari segala sesuatu.